Beranda | Artikel
Jihad Fi Sabilillah Lebih Utama dari Shalat Sunnah
Rabu, 14 September 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim

Jihad Fi Sabilillah Lebih Utama dari Shalat Sunnah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 16 Safar 1444 H / 13 September 2022 M.

Jihad Fi Sabilillah Lebih Utama dari Shalat Sunnah

Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala berkata:

وعنْ أبي هُريرةَ ، رضِي اللَّه عَنْهُ ، قال : مَرَّ رَجُلٌ مِنْ أصْحَاب رسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، بشِعْب فيهِ عُيَيْنَةٌ مِن ماءٍ عَذْبةٍ ، فأَعجبتهُ ، فَقَالَ : لَو اعتزَلتُ النَّاسَ فَأَقَمْتُ في هذا الشِّعْبِ ، ولَنْ أفعلِ حَتى أسْتأْذنَ رسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فذكر ذلكَ لرسُولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَقَالَ : « لا تفعلْ ، فإنَّ مُقامَ أحدِكُمْ في سبيلِ اللَّهِ أفضَلُ مِنْ صلاتِهِ في بيتِهِ سبْعِينَ عاماً ، ألا تُحبُّونَ أنْ يَغْفِر اللَّه لَكُمْ ويُدْخِلكَمُ الجنَّةَ ؟ اغزُوا في سبيلِ اللَّهِ ، منْ قَاتَلَ في سَبيلِ اللَّهِ فُوَاقَ نَاقَة وَجَبتْ له الجَنَّةُ » . رواهُ الترمذيُّ وَقالَ : حديثٌ حَسَنٌ .

Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata: “Pernah suatu ketika ada salah seorang dari sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mana beliau melewati salah satu jalan di antara jalan-jalan yang ada di pegunungan. Ketika melewati jalan itu beliau melihat ada sebuah mata air. Maka dia pun kagum dengan mata air tersebut, lalu dia berkata: ‘Seandainya aku hidup menyendiri dekat dengan jalan yang di situ ada mata airnya. Dan aku tidak akan melakukannya sehingga aku minta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.’ Maka sahabat ini kemudian menyampaikan niatannya tadi kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka beliau menjawab: ‘Jangan kamu lakukan, karena sesungguhnya berdirinya seseorang di jalan Allah itu lebih afdhal daripada shalat di rumahnya selama 70 tahun. Tidakkah kalian ingin agar Allah mengampuni kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga? Pergilah berperang dijalan Allah. Barangsiapa yang berjihad di jalan Allah pada masa diperahnya susu dua kali dari seekor unta, maka wajib baginya surga.`” (HR. Imam At-Tirmidzi, dan beliau mengatakan ini hadits shahih)

Di dalam kisah ini ada sejumlah pelajaran yang bisa kita ambil, di antaranya:

Pertama, yang namanya manusia ada ketertarikan kepada hal-hal yang menyenangkannya. Contohnya adalah mata air. Sebagaimana kita mengetahui di gurun pasir sana sulit mata air. Sehingga ketika seorang melihat ada mata air, maka ketertarikan pada hal seperti ini bersifat manusiawi.

Manusia memiliki kecenderungan kepada dunia. Namun manusia berbeda-beda dalam hal menyikapi dunia ini. Ada orang yang tamak kepada dunia sehingga meninggalkan dan melalaikan akhiratnya hanya karena dunia. Tetapi ada juga di antara hamba-hamba Allah yang mengambil dari dunia ini secukupnya. Dan ada pula di antara hamba Allah yang memang tidak menginginkan dunia ini. Sehingga mereka hidup apa adanya, konsentrasi dalam hidupnya adalah hanya untuk mempersiapkan diri untuk di akhirat kelak, dan seterusnya.

Kedua, kita melihat seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang dikisahkan dalam hadits ini tidak melakukan sesuatu sebelum bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini menunjukkan bahwa seseorang jangan berbuat sesuatu tanpa ilmu. Jadi ilmu itu sebelum seorang berbicara dan bertindak.

Sahabat ini tidak langsung melaksanakan niatannya yang ingin tinggal di lokasi dekat dengan mata air tersebut. Beliau ingin untuk bertanya dulu kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, baru kemudian beliau lakukan. Ini juga kita mengambil pelajaran bahwa hendaknya seorang tidak mengucapkan suatu perkataan atau melakukan satu tindakan tanpa ilmu.

Kita hendaknya bertanya kepada orang berilmu supaya mengetahui apa yang harus kita lakukan. Maka contohnya di sini adalah sahabat tadi bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ketiga, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang untuk melakukan hal tersebut. Ini menunjukkan bahwa seorang yang beriman mengikuti apa yang disyariatkan Allah dan tidak mengikuti hawa nafsunya. Kalau menurut keinginannya, dia ingin tinggal di lokasi yang ada mata airnya. Tapi ketika bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Nabi memberikan fatwa kepadanya, maka keinginannya dikalahkan. Dia mengikuti arahan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk ikut berjihad.

Ini menunjukkan bahwa seorang mukmin tidak mengikuti hawa nafsunya, tetapi dia mengikuti apa yang disyariatkan Allah dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Keempat, ini menunjukkan bagaimana adab para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yang mana seorang apabila ada suatu pertanyaan, maka dia kemudian segera menyampaikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sehingga kemudian para sahabat diarahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Kelimat, dalam hadits ini terlihat betapa semangatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar para sahabat mendapatkan yang lebih baik daripada apa yang mereka inginkan. Sehingga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengarahkan sahabat untuk berbakti kepada Allah Ta’ala dengan berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena ganjarannya jauh lebih besar dibandingkan dengan tinggal di satu tempat yang dekat dengan mata air, sementara di tempat lain ada panggilan untuk berjihad di jalan Allah.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52124-jihad-fi-sabilillah-lebih-utama-dari-shalat-sunnah/